si Penghuni Tanah yang Kaya akan
Manfaat
Cacing
tanah termasuk salah satu makhluk hidup penghuni tanah yang memberikan banyak
manfaat bagi tatanan kehidupan manusia. Multimanfaat cacing tanah anataralain
adalah dapat menyuburkan lahan pertanian, meningkatkan daya serap air
permukaan, memperbaiki dan mempertahankan struktur tanah, meningkatkan manfaat
limbah bahan organik, bahan makanan ikan hias dan ikan kolam serta pakan
ternak, umpan memancing ikan, dan sebagai bahan untuk industri obat serta
industri kosmetika. Potensi multimanfaat cacing tanah ini sekarang makin
ditingkatkan ke arah komersial dan finansial sebagai salah satu cabang usaha
yang menguntungkan. Cacing tanah baik dibudidayakan secara intensif dengan
berorientasi agribisnis.
Dalam
perkembangannya potensi sumber daya cacing tanah makin banyak diteliti dan
dikembangkan ke arah penjinakan (domestikasi) sampai akhirnya ditemukan
teknologi budidaya secara komersial. Saat ini potensi sumber daya cacing tanah
di dunia sudah teridentifikasi dan berkalsifikasi lebih dari 1.800 jenis (spesies).
Dari jumlah potensi sumber daya jenis cacing tanah tersebut, barus embilan
spesies yang banyak menarik perhatian kalangan ahli pertanaian, pembudidaya
cacing tanah dan para peminat bidang lainnya, misalnya peternak dan ahli
pengobatan tradisional. Menilik prospek wirausaha, dapat diketahui bahwa di
Indonesia usaha budidaya cacing tanah secara komersial sebagai peluang
wirausaha yang menguntungkan makin banyak disosialisasikan, baik pada skala
rumah tangga maupun skala besar.
Bibit
yang dibutuhkan dalam pemeliharaan cacing tanah tergantung pada tujuan
pemeliharaannya. Jika tujuan pemeliharaannya untuk reproduksi, sebaiknya bibit
yang digunakan sebanyak dua kilogram untuk setiap meter persegi luas permukaan
media. Dengan kepadatan populasi ini memungkinkan proses perkawinan menjadi
lebih tinggi dan masing-masing cacing tanah dapat menghasilkan kokon. Jika
tujuan pemeliharaannya untuk penggemukan maka bibit yang digunakan hanya
sebanyak satu kilogram untuk setiap meter persegi luas permukaan media. Dengan
kepadatan populasi demikian, membuat cacing tanah lebih aktif dan leluasa
mengkonsumsi pakan yang ada. Biasanya untuk wadah berupa kotak plastik
berukuran 43 cm x 35 cm x 16 cm dapat diisi bibit sebanyak 200-250 g atau
sekitar 400-500 ekor. Sementara wadah berukuran 100 cm x 100 cm x 25 cm dapat
diisi sebanyak 600-800 g sekitar 800 – 1.000 ekor bibit.
Penebaran
cacing tanah ke dalam media tidak sekaligus dilakukan, tetapi harus sedikit
demi sedikit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah media yang disiapkan
tersebut disukai oleh cacing tanah yang akan ditebarkan. Tahapan yang dilakukan
saat penebaran bibit cacing tanah yakni dengan cara mengeluarkan sebagian bibit
cacing tanah dai wadah pengangkutan, kemudian dipisahkan dari medianya. Upaya
agar bibit cacing tanah tersebut tidak terkena sinar matahari langsung. Tahapan
selanjutnya yakni mengambil beberapa ekor bibit dan meletakkan di atas media
yang sudah disiapkan, lalu mengamati beberapa saat bibit cacing tersebut. Agar
diperoleh hasil panen secara kontinue beberapa minggu sekali, penebaran bibit
harus dilakukan dengan cara bibit dipindahkan setelah menghasilkan kokon. Cara
ini pun dapat dihasilkan cacing dengan bibot dan besar yang hampir seragam.
Bila bibit dibiarkan terus dalam wadah pemeliharaan, setiap 2-3 minggu bibit
akan menghasilkan kokon sehingga hasil panen tidak seragam. Pengaturan
penebaran bibit dilakukakan dengan cara sebagai berikut: bibit yang sudah
ditebarkan selama 2-3 minggu dikeluarkan dari wadah dan dipindahkan ke wadah
lain yang berisi media baru. Bibit dipelihara hingga 2-3 minggu kemudian dan
dipindahkan lagi ke wadah lain dengan media yang baru. Dengan demikian
seterusnya, cacing yang diproduksi dari penebaran bibit tersebut pada saat
pertama kali sudah dapat dipanen. Bahkan, dapat dijadikan bibit. Hasil yang
besar tergantung dari media, pakan, serta ketelitian dalam proses pemeliharaan.
Metode
pemberian dan jenis pakan yang tepat merupakan kunci sukses dalam beternakn
cacing tanah. Sebenarnya tidak ada formulasi khusus dari pakan yang harus
digunakan untuk beternak cacing tanah. Semua peternak cacing tanah dapat
mengembangkan motode dan pakan unggulannya masing-masing sehingga menjadi
sangat bervariasi sesuai pengalaman masing-masing. Namun, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemberian pakan ini antara lain ialah bahan tertentu
yang dapat mengeluarkan gas harus dibusukkan terlebih dahulu sebelum dijadikan
pakan, cacing tanah tidak memiliki gigi sehingga bahan pakannya harus berbentuk
bubur dengan kandungan bahan padat 20% dan air 75%, cacing tanah sangat
sensitif terhadap cahaya sehingga pakan harus diberi penutup, dalam waktu 24
jam cacing tanah dapat menghabiskan makanannya sebanyak bobot tubuhnya. Metode
pemberian pakan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pengalaman
peternak dan tujuan pemeliharaannya.
Perawatan
media bertujuan agar kondisi media selalu sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing tanah. Kegiatan perawatan media ini meliputi pengadukan,
penyiraman, pengukuran suhu dan pH, serta penggantian media. Hama atau musuh
cacing tanah yang biasanya dijumpai adalah lintas, kumbang, semut merah,
binatang pengerta, kutu, kaki seribu dan orong-orong.
Masa
pemeliharaan cacing tanah sekitar 4 bulan. Artinya, setelah 4 bulan penebaran
bibit, cacing tanah siap dipanen. Pemanenan cacing tanah tidak sulit. Namun,
kalau tidak mngikuti kriteria panennya, kualitasnya akan jelek. Bahkan, cacing
akan mati. Bila demikian, hasil panennya akan sulit dipasarkan. Hasil yang
dapat dipanen dalam budidaya cacing tanah ini adalah cacing tanah dan media
bekas pemeliharaan cacing (kascing). Teknis pemanenan dibedakan menjadi dua
cara yaitu panen untuk mendapatkan bibit dan panen untuk pakan ternak dan ikan.
Adapun cara panen cacing tanah untuk bibit yakni dengan menyiapkan wadah
pemeliharaan yang diperkirakan sudah siap dipanen untuk dijadikan bibit; selain
itu, menyiapkan wadah yang akan digunakan sebagai penampung bibit cacing tanah
yang akan dipanen. Memasukkan sedikit media yang sedang digunakan ke dalam
wadah penampung. Kemudian memanen bibit cacing tanah yang ada dalam wadah
pemeliharaan dengan cara membolak-balikkan media sehingga cacing tanah akan
tampak. Cara memanen untuk pakan ternak dan ikan ialah dengan membersihkan
lantai atau tempat yang digunakan. Menyiapkan wadah untuk menampung cacing
tanah berupa karung tepung, kaleng dan sebagainya. Media pemeliharaan yang
berisi cacing tanah ditumpahkan ke atas lantai. Gemburkan media sambil dibentuk
mejadi kerucut, kemudian mengeluarkan media sedikit demi sedikit mulai dari
atas gundukan berbentuk kerucut media tersebut. Namun, pastikan media yang
dikeluarkan tersebut tidak disertai cacing tanah yang berukuran kecil. Masukkan
segera cacing tanah tersebut ke dalam wadah penampung. Cacing tanah dapat
dipasarkan dalam bentuk segar namun bisa juga dalam bentuk tepung, jika akan
dipasarkan bentuk segar maka pada saat pengangkutan cacing tanah harus dalam
kondisi tetap segar dengan cara memasukkan sedikit media ke dalam wadah
penampung yang dapat terbuat dari karung tepung terigu, namun pemasaran dalam
bentuk tepung akan lebih mudah dikemas dan dapat disimpan dalam waktu yang
relatif lama, bahan yang digunakan untuk pengemasannya menggunakan bahan
kemasan yang kedap udara. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanannya
tidak boleh disimpan ditempat lembap dan tidak tercemar bakteri atau binatang
pengurai karena tepung cacing yang tercemar bakteri akan berbau tengik. Selain
itu, tempat penyimpanannya harus aman dari gangguan hama, terutama tikus yang
dapat menyelinap diantara karung dan merusak karung serta memakan tepung
cacing.
Manfaat
yang dapat diperoleh dari cacing tanah selain digunakan sebagai pakan ikan,
pakan burung berkicau, pakan ternak dan penyubur tanah, juga dapat digunakan
sebagai bahan obat tradisional. Beberapa manfaat cacing tanah untuk kesehatan
adalah cacing tanah sebagai antipiretik atau penghilang demam, obat diare dan
pelancar aliran darah, obat stroke dan hipertensi, serta bahan kosmetik modern.
Pemanfaatan cacing tanah untuk obat tradisional caranya, ambil beberapa ekor
cacing tanah, bersihkan dari tanah dan lumpur kemudian belah tubuhnya
menggunakan pisau tajam untuk membuang isi perutnya, cuci dengan air sampai
bersih lalu jemur hingga kering dan ditumbuk halus, seduh dengan air panas
untuk menghilangkan kuman yang tersisa dengan cacing, lalu biarkan hingga
dingin dan campurkan dengan sedikit madu, minum dua kali sehari yakni pada pagi
dan malam hari.
Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa budidaya cacing tanah merupakan suatu
prospek pengembangan usaha yang dapat menambah pendapatan bahkan mampu menjadi
usaha utama bagi peternaknya. Pemeliharaan yang mudah serta tidak memerlukan
biaya yang tinggi ini cocok untuk pemula dibidang usaha peternakan. Hasil yang
diperoleh dari produk cacing tanah ini pun mempunyai nilai gizi yang cukup
tinggi dan dapat digunakan senagai obat tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Khairul S.Pi., Msi., Khairuman SP.
2009. Mengeruk Untung dari Beternak Cacing. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Palungkun, Rony. 2010. Usaha Ternak
Cacing Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.